Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sabtu, 13 Oktober 2012

PENDIDIKAN NASIONAL, PERLU! PENDIDIKAN PERBATASAN, ITU PERLU JUGA!


            Hampir satu abad lebih sudah kebangkitan nasional diserukan oleh para pemuda di Indonesia, sudah banyak sekali perubahan yang bisa kita rasakan semenjak kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga sekarang. Pendidikan kita semakin berkembang sesuai perkembangan zaman.  Diberlakukannya aturan wajib belajar 9-12 tahun, dan tidak luput pula dari pembaharuan kurikulum, serta peningkatan kompetensi dan mutu pengajar di Indonesia. Namun dibalik kemajuan itu semua, masih banyak hal yang kurang dan mesti ada perbaikan berkelanjutan. Pendidikan Indonesia sepenuhnya belum bisa dikatakan Sukses, mengapa?? Karena kita bisa lihat adanya kesenjangan antar daerah maju dan tertinggal. Saya ingat ketika mengikuti KKN (Kuliah Kerja Nyata) selama 45 hari di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, saya dan teman-teman kelompok menempati sebuah desa yang bernama Desa Lubak Manis. Sebuah desa yang mayoritas penduduknya hidup dari bertani dan nelayan, serta penduduknya masih jauh dari pemahaman tentang pendidikan. Kebetulan didesa itu hanya terdapat satu Sekolah Dasar, dari segi fisik bangunan, sudah sangat memadai. Namun, dari fasilitas seperti Komputer, Pengeras Suara,dan sebagainya belum ada. Lapangan sekolah masih terbuat dari tanah liat. Perpustakaan pun masih diisi oleh buku-buku yang sudah tidak up to date kata anak-anak zaman sekarang. Dari segi pengajar dan tingkat pendidikan, masih kurang sekali tenaga pengajar sesuai yang dibutuhkan. Saya sangat terharu melihat pendidikan anak-anak SD disana. Anak-anak masih sangat kurang terbantu dengan pendidikan yang memadai. Malahan, ada siswa kelas 6 pun yang belum bisa lancar membaca dan bahkan berhitung. Hal ini pun yang membuat saya dan teman-teman Mahasiswa lainnya memiliki gagasan untuk mengadakan Bimbingan Belajar buat anak-anak SD didesa tersebut. Kami membayangkan kembali usia seperti mereka. Saat seperti mereka, kami malahan sudah pandai membaca, menulis bahkan sangat peka dengan teknologi yang ada. Kami berharap dengan adanya Bimbel tersebut, memungkinkan bisa membantu mereka hingga lancar membaca, memotivasi dan bahkan bisa membuka pikiran mereka akan pengetahuan.
            Selain itu, upacara setiap hari senin pun masih belum bisa mereka rasakan sepenuhnya. Hampir 3 tahun sudah tidak pernah upacara. Karena alasan lapangan sekolah yang belum memadai. Hal ini mengakibatkan, mereka sering salah dalam menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan Mengheningkan Cipta. Bahkan, baris-berbaris pun tidak mereka tahu. Miris sekali hati melihat pemandangan seperti ini, kita harusnya sadar akan hak mereka, bagaimana kita mengajarkan kepada mereka akan cinta tanah air ini dengan sebenar-benarnya. Bagaimana jadi bila mereka kelak pandai tapi tidak pandai dalam memaknai pancasila dan cinta tanah air? Kita bisa repot dengan masalah ini. Pemuda-pemuda seperti mereka seharusnya ditanamkan cinta tanah air sejak dini. Sudah cukup Negara ini dilanda berbagai permasalahan. Jangan sampai masalah kedaulatan dan cinta tanah air bisa hilang dari ingatan dan pengetahuan mereka. Apalagi mereka dekat dengan daerah perbatasan, yang bisa saja sewaktu-waktu pindah dan menetap dinegeri tetangga yang bisa memperhatikan mereka dengan lebih baik.
            Pemerintah pun pernah berkomitmen untuk membangun perbatasan menuju arah yang lebih baik. Semoga komitmen ini tidak hanya komitmen semata tanpa realisasi yang nyata yang bisa dirasakan masyrakat perbatasan secara langsung. Fakta dilapangan, daerah-daerah perbatasan memang sangat perlu dibangun, pendidikan adalah kunci dasarnya. Pendidikan perbatasan maju, maka majulah pembangunan perbatasan.
            Kepala desa pun, sempat menyampaikan harapannya kepada kami selama KKN disana untuk bisa membimbing pemuda-pemuda didaerahnya agar bisa paham dan memiliki pandangan hidup yang lebih baik lagi. Bagi saya, saya memaknainya sebagai bagian dari pembangunan karakteristik bangsa terutama pemuda di bidang pendidikan. Pendidikan itu perlu, apalagi daerah perbatasan. Kita saat ini sedang dilanda kemunduran karakteristik asli kita sebagai bangsa Indonesia, Jati diri yang selama ini melekat pada kita. Kita semua harus sadar akan hal itu, Jangan sampai kata “Indonesia Negeriku” hilang dari benak kita semua. Mari Kita Bangun dan Kembali, Bung!